Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1685762933', '35.172.111.47')

(RSAB) Harapan Kita Penghasil Bayi Tabung » MediaKom
Mei 2019Potret

Klinik Melati Rumah Sakit Anak Dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Penghasil Bayi Tabung Pertama Di Indonesia

Dunia mencatat Louise Joy Brown sebagai orang pertama yang lahir ke dunia melalui program In Vitro Fertilization (IVF) atau dikenal dengan istilah bayi tabung. Wanita ini lahir di Lancashire, Inggris, pada 25 Juli 1978. Selang 10 tahun kemudian atau tepatnya 2 Mei 1988, Indonesia menyusul dengan kelahiran bayi tabung pertama di negeri ini. 

“Kelahiran bayi tabung pertama di Indonesia itu tahun 1988, namanya Nugroho Karyanto, Ibu Tien Soeharto yang memberikan langsung namanya, sekarang dia di Tasikmalaya sudah punya anak,” ujar dr. Hadi Sjarbaini, SpOG, dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, kepada Mediakom.

Nugroho Karyanto lahir melalui program bayi tabung setahun setelah Klinik Melati di RSAB Harapan Kita beroperasi di tahun 1987. Pendirian Klinik Melati merupakan inisiasi dari Prof.Dr. dr. Sudraji Sumapraja, SpOG (K) (alm) yang juga merupakan “Bapak Bayi Tabung Indonesia” dan dokter yang menangani program bayi tabung pertama di Indonesia ini.

Kala itu, Hadi bercerita, Klinik Melati belum memiliki teknologi untuk menerapkan prosedur bayi tabung sehingga memanfaatkan alih teknologi dari Belgia.  Dengan berdirinya Klinik Melati RSAB Harapan Kita, Indonesia telah memiliki pusat pelayanan bayi tabung sejak era 80-an.

“Teknologi bayi tabung atau Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) atau IVF yang pertama di Indonesia itu terjadi di Klinik Melati di RSAB Harapan Kita,” tegas dr. Hadi.

Klinik Melati terletak di lantai 2 RSAB Harapan Kita. Setelah tiba di lobi pasien dapat menuju ke klinik ini menggunakan tangga atau lift. Sampai di lantai 2, dinding lorong bagian kiri yang menuju klinik berisi gambar-gambar yang menceritakan sejarah bayi tabung di dunia hingga bayi tabung pertama yang lahir di Indonesia.

Menjelang pintu masuk Klinik Melati terpampang foto tim dokter RSAB Harapan Kita yang menangani prosedur bayi tabung. Di situ juga ada penjelasan tertulis mengenai tingkat proses keberhasilan bayi tabung di klinik ini. Di mana sampai tahun 2003 jumlah bayi tabung yang berhasil lahir dari program IVF di Klinik Melati sudah mencapai 600 bayi dan terus bertambah hingga saat ini. “Sampai sekarang sudah lebih dari 600, sudah sekitar 1.400 sampai 1.500 bayi tabung,” dr. Hadi menyebutkan.

Sampai saat ini Klinik Melati masih menyimpan alat-alat bayi tabung yang dipergunakan sejak pertama kali beroperasi bahkan sebagian masih digunakan meski ada alat yang lebih baru dan modern. Hal itu karena alat-alat tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi sehingga tidak ingin dihilangkan oleh Klinik Melati. 

Untuk membuat tenang pasien, suasana ruang tunggu di Klinik Meati juga dibuat senyaman mungkin dengan konsep homey. Ada bufet ukuran besar yang memampang berbagai foto bayi yang lahir di klinik ini, juga ada beberapa sofa berwarna coklat beserta meja layaknya ruang tamu sebuah rumah. Tak ketinggalan foto bayi tabung pertama di Indonesia beserta tulisan tangan Ibu Tien Soeharto saat memberikan nama yang dibingkai dengan rapi terpajang di dinding ruang tunggu.

Tidak Berbeda

Meski lahir dari proses bayi tabung, kesehatan dan tingkat kecerdasan anak-anak hasil program ini terbukti tidak berbeda dengan anak-anak yang lahir dari kehamilan alami. Menurut dr. Hadi, tidak ada yang berbeda antara anak dari kehamilan alami atau normal dengan anak yang lahir melalui bayi tabung termasuk tingkat kecerdasan mereka. 

“Terbukti Nugroho Karyanto secara fisik sama seperti orang normal lainnya dan dia juga sudah memiliki keturunan. Jadi kan ada yang takut kalau anak bayi tabung nanti susah punya anak, Insya Allah tidak itu. Dia (Nugroha Karyanto) dia bisa meraih sarjana di Institut Teknologi Bandung (ITB), jadi secara inteligensi juga normal,” terang dr. Hadi.

Tiga Tahapan 

Menurut  Dr.dr. Sudirmanto, SpOG-KFER, dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi yang juga rekan setim dr. Hadi di Klinik Melati RSAB Harapan Kita menambahkan, pasien atau pasangan datang ke Klinik Melati dengan berbagai alasan dan permasalahan baik dari faktor suami maupun istri. Biasanya, setelah melakukan konsultasi dan melakukan serangkaian pemeriksaan, pasien akan diberikan penjelasan mengenai program kehamilan apa yang dapat diambil sesuai analisis terhadap masalah ketidaksuburan atau infertilitas yang dihadapi mereka.

“Ada 3 cara program kehamilan yang biasa dilakukan. Pertama secara alami, kedua secara inseminasi, dan ketiga dengan cara bayi tabung,” dr. Sudirmanto memberi penjelasan.

Klinik Melati sebagai pusat pelayanan bayi tabung pertama di Indonesia terus melakukan pengembangan terkait teknik-teknik prosedur bayi tabung. Saat ini, Klinik Melati sudah menerapkan teknologi Pre-Implantation Genetic Screening (PGS). Melalui teknik PGS ini dapat diketahui apakah embrio yang akan ditanam mempunyai susunan dan jumlah kromosom yang normal atau tidak.

“Dari hasil analisis di laboratorium kita bisa tahu apakah embrio yang akan kita transfer atau kita tanam ke dalam rahim calon ibu mempunyai jumlah dan susunan kromosom yang normal. Melalui PGS ini kita bisa yakin embrio yang kita tanam mempunyai susunan kromosom yang normal sehinga kelainan genetik yang tidak kita harapkan dapat kita hindari ,” terang Dr.dr. Agus Supriyadi, Sp.OG(K), dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi yang juga salah satu dokter di Tim Dokter Klinik Melati.

Dr. Hadi menegaskan, meski Klinik Melati RSAB Harapan Kita telah mampu memberikan bantuan kehamilan melalui program bayi tabung sejak puluhan tahun silam dan telah berhasil dengan jumlah di atas seribu bayi, mereka tidak mau mendahului kehendak Tuhan. Menurut Hadi, tingkat keberhasilan bayi tabung sepenuhnya merupakan kewenangan Tuhan. “Keberhasilan bayi tabung itu memang lebih tinggi daripada inseminasi. Tetapi hanya sekitar 30%. Kenapa? Karena kita bukan Tuhan,” tutupnya.

Editor: Sopia Siregar

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *