Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1685762528', '35.172.111.47')

Menengok Perkembangan Diare Di Indonesia » MediaKom
Juli 2019Lipsus

Menengok Perkembangan Diare Di Indonesia

Diare masih menjadi masalah di semua golongan umur  terutama pada balita. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diare menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian Balita di dunia padahal penyakit ini dapat dicegah dan diobati.  Setiap tahun, diare membunuh 525.000 balita dan menyebabkan 1,7 juta anak menderita diare di dunia. Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Lancet 2016 menyebutkan bahwa diare berada di peringkat ke-8 penyebab kematian dari semua umur dan peringkat ke-5 pada balita. Diare banyak terjadi di negara berkembang. Di negara dengan pendapatan rendah, kejadian diare rata-rata 3x per tahun pada anak kurang dari 3 tahun. Dari semua kematian anak balita karena penyakit diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.

Diare pada Balita

Di Indonesia, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diare merupakan penyebab kematian tertinggi pada 31,4% bayi dan 25,2% balita dari seluruh penyebab kematian pada bayi dan balita. Kajian masalah kesehatan berdasarkan siklus kehidupan tahun 2011, yang dilakukan Badan Penelitian Kesehatan di 15 kabupaten/kota mendapatkan kematian akibat diare 17,4% pada bayi dan 13,3% pada balita. Dari hasil Riskesdas 2018, kejadian diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat) sebesar 6,8 % untuk semua golongan umur, sedangkan untuk balita ada 11%.  Dari hasil tersebut meskipun terdapat kecenderungan penurunan kematian dan kesakitan akibat diare namun masih merupakan masalah terbanyak di Indonesia.

Hasil kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan ISP, Kementerian Kesehatan  menunjukkan bahwa angka kesakitan diare semua umur tahun 2012 adalah 214/1.000 penduduk semua umur dan angka kesakitan diare pada balita adalah 900/1.000 balita. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan semua umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur.

Kecenderungan Menurun Tapi Masih Terbanyak

Bila dilihat dari tahun kehidupan yang disesuaikan dengan jumlah tahun yang hilang karena menderita penyakit atau kematian karena diare (Daily Adjusted Life Years Lost/ DALY lost) maka dari 10 penyakit terbanyak DALY lost tahun 1990 dan 2017 diare masih menduduki peringkat 3 di tahun 1990 dan peringkat 7 di tahun 2017. Meskipun ada penurunan namun masih merupakan penyakit terbanyak.

Berdasarkan Data BPJS, diketahui bahwa terdapat 344.528 kasus diare di tahun 2017 dan 243.983 kasus diare di tahun 2018. Lima Provinsi Terbanyak Kasus Diare di 2017 dan 2018 adalah : 1). Jawa Barat 2). Jawa Timur 3). Jawa Tengah 4). DKI Jakarta 5).Sumatera Utara. Biaya yang dikeluarkan untuk pasien diare di tahun 2017 adalah sebesar 475,95 Milyar dan di tahun 2018 sebesar 304,25 Milyar. Anggaran yang cukup besar untuk penanganan diare yang seharusnya dapat dicegah dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta perbaikan sanitasi lingkungan.

Kejadian luar biasa (KLB) diare terjadi setiap tahun di provinsi dan kabupaten/kota yang berbeda-beda. Pada tahun 2015 KLB diare terjadi di 11 provinsi, 18 kab/kota, jumlah kasus 1.213  dengan 30 kematian dan fatalitas kasus 2,47%. Tahun 2016, KLB terjadi di 3  provinsi dan 3 kab/kota, jumlah kasus 198 dengan kematian 6 dan fatalitas kasus 3,04%. Tahun 2017 KLB di 9 provinsi dan 17 kab/kota, jumlah kab/kota 1.405 dengan 34 kematian dan fatalitas kasus 2,4%. Tahun 2018  KLB di 8 provinsi dan 8 kab/kota, jumlah kab/kota 756 dengan 36 kematian dan fatalitas kasus 4,7%. KLB walaupun sporadic masih cukup banyak terjadi dan mengakibatkan kesakitan dan kematian meningkat.

.Kesakitan dan kematian diare yang tinggi umumnya disebabkan sumber air dan makanan yang terkontaminasi. Di dunia terdapat 780 juta individu terbatas aksesnya terhadap air minum yang memadai dan  2,5 juta terbatas akses terhadap  sanitasi memadai. Potret sanitasi di Indonesia dari hasil kajian environmental health risk assessment (EHRA) tahun 2012-2013 mendapatkan bahwa masih ada 76,6%, sarana mandi cuci kakus (MCK) yang tidak berfungsi 20,9%, jamban yang tidak sanitair 49,5%, tidak menggunakan air bersih yang terlindungi 42,5%, tidak melakukan cuci tangan pakai sabun pada 5 waktu penting 81,5%.

Dari berbagai fakta di atas menunjukkan bahwa diare masih menjadi masalah baik di dunia maupun di Indonesia. Diare dapat mengenai semua golongan umur. Diare sering  dianggap penyakit biasa dengan berbagai mitos yang mengiringinya, hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat masih rendah. Penyakit diare dapat dicegah melalui pengendalian factor risiko diare seperti air minum yang aman, hygiene dan sanitasi yang baik. Upaya yang komprehensif dengan kerja sama berbagai pihak dalam penurunan angka kesakitan dan kematian perlu dilakukan lebih intensif.

Editor : Prima Restri

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *