Sinar Matahari bagi Imunitas Tubuh

Selain dengan asupan makanan yang baik, upaya pencegahan infeksi bisa dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Bagaimana bisa?
Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K),MPH., Ph.D mengatakan, tubuh manusia memerlukan sinar matahari untuk membantu meningkatkan produksi vitamin D di dalam tubuh.
Asal tahu saja, tubuh manusia tidak dapat memproduksi vitamin D dengan sendirinya. Sinar matahari merupakan sumber utama vitamin D alami, sementara tidak banyak makanan yang mengandung vitamin D. Kita bisa mendapatkan vitamin D dari makanan tertentu saja seperti susu, sereal, dan ikan berlemak (salmon, makarel, sarden).
Madarina menyebut vitamin D yang diperoleh dari paparan sinar matahari berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Mengutip ugm.ac.id, Madarina mengatakan, “Vitamin D ini punyak efek imunomodulator yang bisa memperbaiki sistem imun tubuh.”
Sistem imun ini menjadi pertahanan tubuh dalam melawan virus dan bakteri penyebab penyakit. Sementara itu, jika tubuh kekurangan vitamin D dapat menghambat pertumbuhan dan rentan terinfeksi virus maupun bakteri. dr. Simplisius Cornelis Tisera juga mengungkapkan hal senada.
Dokter yang sedang menempuh pendidikan spesialis kedokteran penerbangan di Universitas Indonesia ini mengatakan bahwa saat berjemur di bawah sinar matahari, kita akan mendapatkan sinar UVB yang dapat menstimulasi produksi vitamin D3 di kulit.
Vitamin D3 ini nantinya akan mengaktivasi sel dendritik, salah satu sel dalam sel imunitas tubuh yang fungsinya untuk menangkap atau untuk ‘memakan’ antigen/pathogen/ benda asing yang masuk ke dalam tubuh untuk dibunuh atau dihilangkan.
“Jadi kalau vitamin D3 terpenuhi atau tercukupi dalam darah, alias nggak kekurangan, maka fungsinya akan semakin banyak mengaktivasi sel dendritik untuk melawan benda asing, patogen, kuman, atau virus yang masuk ke tubuh,” kata Simplisius.
Waktu yang tepat
Madarina menerangkan, waktu berjemur paling efektif adalah saat bayangan tubuh lebih pendek dari tinggi badan. Sementara durasi atau lamanya berjemur yang dianjurkan adalah sekitar 10 hingga 15 menit.
“Waktunya bisa mulai dari jam 10.00 sampai 15.00, jangan dilakukan lebih pagi karena paparan sinar mataharinya tidak mencukupi,” katanya.
Selain itu, Madarina tidak menyarankan berjemur pada pagi hari karena kondisi udara yang kurang baik, terutama di kota-kota besar dengan tingkat polusi tinggi. Banyak polutan seperti logam berat masih terkonsentrasi di dekat permukaan yang mencemari udara.
Madarina mengungkapkan, saat berjemur sebaiknya kulit langsung terpapar sinar matahari. Menurutnya, penggunaan topi, sunscreen serta pakaian bersifat menghalangi paparan sinar matahari ke kulit.
“Setidaknya bagian tangan dan kaki terkena sinar matahari. Yang berjilbab, mukanya kan juga terbuka, cukup terpapar sinar matahari,” ungkapnya.