Cara Menyapih yang Baik
Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, kemudian dapat dilanjutkan hingga 2 tahun dengan didampingi makanan pendamping ASI (MPASI). Setelah menginjak usia 2 tahun, anak akan menjalani proses penyapihan.
Proses menyapih seringkali menjadi masa yang emosional. Tidak hanya bagi anak, tapi juga bagi ibu. Lantas, bagaimana cara menyapih yang baik agar proses tersebut bisa berhasil dan anak tidak rewel?
Bertahap
Menurut dokter spesialis anak Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A (K), proses penyapihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara bertahap.
“Jadi tidak mendadak, tapi memang dilakukan bertahap mulai dari saat anak diperkenalkan makanan padat. Jadi secara bertahap, mulai dari saat makanan padat diperkenalkan, kemudian terus sampai anak itu berusia 2 tahun,” terangnya saat menjadi narasumber pada “Talkshow Keluarga Sehat” yang disiarkan Radio Kesehatan.
Ditambahkannya, cara menyapih biasanya dimulai dari mengurangi frekuensinya terlebih dahulu. “Kita mengurangi dari frekuensi menyusunya, kemudian lama menyusunya kita juga kurangi.”
Mengurangi frekuensi menyusui dilakukan secara perlahan. Jika biasanya anak menyusu 5 kali sehari, kemudian dikurangi menjadi 4 kali. Demikian juga dengan lama menyusu, jika biasanya sekali menyusu 30 menit maka dikurangi menjadi misalnya 20 kemudian 15 menit, secara bertahap.
Proses penyapihan juga dapat dilakukan dengan mengajak anak berkomunikasi. Salah satunya dengan menjelaskan kepada sang anak bahwa dia sudah besar, harus sudah mulai minum susu dengan menggunakan gelas atau sedotan.
Langkah selanjutnya adalah dengan mengalihkan perhatian anak, terutama pada jam-jam menyusu. Misalnya saat anak biasa menyusu sebelum atau sesudah makan, ibu bisa memberi makan dengan porsi yang lebih banyak sehingga anak menjadi cukup kenyang dan tidak akan minta susu lagi.
Atau, jika anak biasa menyusu mendekati atau menjelang tidur, ibu bisa mencoba untuk mengalihkan perhatian anak ke hal yang lain untuk membantunya tertidur. Misalnya, dengan membacakan buku cerita, menyanyikan lagu “Nina Bobok” atau minta bantuan ayah untuk menemani anak menjelang tidur, sehingga ia lupa menyusu kepada ibu.
Proses menyapih memang membutuhkan kerja sama, tidak hanya ibu dan anak saja, akan tetapi kerja sama antara ibu, anak dan juga ayah.
Ditambahkan oleh dr. Eva, ia tidak menganjurkan ibu menyapih anaknya menggunakan cara tradisional. Seperti, mengoleskan obat merah pada puting atau memberikan jamu-jamuan yang pahit agar anaknya menolak untuk menyusu.