Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1679590191', '34.232.63.94')

Menilik Keamanan Petugas Pengambil Sampel “Swab” » MediaKom
Agustus 2020Media Utama

Menilik Keamanan Petugas Pengambil Sampel “Swab”

Sejak pertengahan Maret 2020, kesibukan di Instalasi Patologi Klinik dan Bank Darah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita bertambah. Pasalnya, petugas medis di sana mendapatkan tugas melakukan pelayanan pemeriksaan, pengambilan swab ke pasien-pasien terduga Covid-19, pasien Covid-19 yang confirmed, ataupun screening terhadap tenaga kesehatan.

Screening juga dilakukan terhadap pasien-pasien yang rencananya akan dioperasi dan dikaterisasi di rumah sakit. Pasien tersebut di-screening dengan swab dan PCR, agar tenaga kesehatan yang memberikan layanan/tindakan tetap aman.

Namun, bagaimana dengan keamanan para petugas pengambil sampel swab?

“Jadi, saat pakai APD aman, tetapi karena virus-virusnya banyak di APD kita dan kita melepasnya tidak betul, nah itu ada risiko terhirup virusnya oleh kita. Jadi justru celahnya pada saat melepas APD dan membuang APD,” kata dr. Baskoro Justicia Prakoso, Sp.PK, staf medik fungsional di Instalasi Patologi Klinik dan Bank Darah RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

Masker N95

Sebagaimana disarankan WHO dan pusat pengendalian penyakit di Amerika (CDC), para petugas harus dilengkapi dengan masker N95 saat melakukan pengambilan swab. Hal ini untuk melindungi saluran napas, karena penularan virus SARS CoV2 bisa terjadi melalui percikan/droplet.

Selain itu, petugas juga disarankan menggunakan faceshield, karena pada saat melakukan tindakan swab itu termasuk aerosol generating procedure, suatu tindakan yang memiliki risiko terbentuknya aeorosol sama seperti intubasi. Jika pasien batuk juga dapat terbentuk aerosol. Sebagai catatan, aerosol tidak terlihat mata, sehingga tidak terasa ataupun tidak sadar jika paparannya sampai ke kita.

“Saya pribadi baru merasakan pentingnya kita memakai faceshied saat pasien batuk kemudian sputum atau riaknya muncrat ke faceshield saya. Jadi, bayangkan jika saat itu saya tidak pakai faceshield, mungkin akan terkena mata saya. Baru terasa pentingnya pakai faceshied saat secara makroskopik muncrat ke faceshield saya,” jelas dr. Baskoro.

Sementara itu, penggunaan baju hazmat bagi tenaga kesehatan yang bertugas mengambil swab, menurut dr. Baskoro itu tidak wajib, tetapi dapat memberikan efek tenang kepada petugas yang melakukan swab. Hal ini disampaikan dr. Baskoro karena ia khawatir jika ada yang meyakini penggunaan baju hazmat untuk melakukan swab itu merupakan sesuatu yang wajib, dikhawatirkan tidak ada yang mau melakukan pengambilan swab karena ketidaktersediaan baju hazmat.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *