Pada masa pandemi Covid-19, tenaga medis merupakan garda terdepan dalam memerangi penyebaran virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab wabah tersebut. Di saat yang lainnya menghindar, demi menyelamatkan nyawa sesamanya, mereka justru mendekati virus itu dan menjadi benteng pertahanan terakhir menjaga penduduk negeri.
Sepak terjang para petugas medis maupun non-medis dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19 telah banyak ditulis, bahkan banyak yang harus gugur di tengah pertempuran yang sedang dijalani. Kisah dari dr. Wildan Ferdian, Sp.P, dalam merawat dan menolong pasien positif Covid-19 berikut ini bisa menjadi gambaran kita, betapa beratnya perjuangan mereka.
Pengalaman
Wildan, sapaan akrabnya, merupakan salah satu dokter Spesialis Paru yang bertugas menangani pasien Covid-19 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sebelumnya, tidak pernah terbayang olehnya harus menggunakan APD, seperti hazmat, boot, masker, face shield, kacamata goggle, handscoon saat menangani pasien.
“Kita juga semua wondering ini kayak gimana sih ngerawat, kayak gimana sih pakai APD,” katanya kepada Mediakom melalui wawancara daring.
Kepada Mediakom, dokter lulusan Universitas Jenderal Achmad Yani ini membagikan pengalamannya menggunakan APD. Yang pertama ia kenakan adalah baju dari rumah sakit, kemudian ia menggunakan hazmat cover all. Setelah itu, menggunakan boot dan sarung tangan. “Pakai sarung tangannya 2 lapis, pada saat nanti mau ke pasien dilapisin lagi. Jadi lapis ketiga nanti ganti pasien, ganti sarung tangan. Jadi menyentuh pasien baru itu si sarung tangannya, sarung tangan yang baru,” jelasnya.
Langkah selanjutnya adalah menggunakan kacamata goggle dan masker. Masker yang digunakan adalah masker N95. Diungkapkan dr. Wildan, tak hanya N95, ia melapisi lagi maskernya dengan masker bedah, sehingga masker yang ia pakai adalah 2 lapis. Setelah menggunakan masker, step selanjutnya adalah memakai face shield.
