Puasa Di Tengah Pandemi

Tahun 2021 menjadi tahun kedua bagi masyarakat muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, menjalankan puasa di bulan Ramadan pada masa pandemi COVID-19. Situasi pandemi memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru, khususnya dalam menunaikan ibadah selama bulan suci.
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan kewaspadaan masyarakat selama beribadah di bulan Ramadan. Direktur Promosi Kesehatan dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO mengingatkan masyarakat untuk memastikan dulu kondisi kesehatan tubuhnya. “Yang penting, berpuasa itu harus cukup gizi tapi tidak berlebihan. Kemudian cukup istirahat,” kata Imran kepada Mediakom pada Rabu, 21 April 2021.
Untuk itu, pola konsumsi makanan dan minuman perlu diatur. Pada saat santap sahur dan berbuka harus diatur porsi dan waktunya sehingga tidak terjadi penumpukan kalori yang mengganggu metabolisme tubuh. “Pengaturan makan yang baik sebenarnya setelah berbuka (makan) sedikit saja, kemudian salat magrib, lalu ditambah lagi berbuka yang ringan-ringan dulu, kemudian salat tarawih. Justru makan malamnya setelah salat tarawih. Itu akan lebih mengatur jumlah kalorinya sehingga tidak menumpuk di satu waktu sehingga metabolisme tubuh kita berjalan,” jelas Imran.
Pemenuhan cairan tubuh juga penting diatur, yakni dua liter air sehari. Ini agar tidak sampai terjadi dehidrasi selama sekitar 14 jam berpuasa. Konsumsinya dibagi mulai waktu sahur, berbuka puasa, di antara salat, dan sebelum tidur di malam hari.
Hadirnya penyedia jasa pemesanan makanan daring juga mempengaruhi kebiasaan pilihan menu makanan. Selain kandungan gizinya, pengemasan makanan dari penjual dan pengiriman oleh pengemudi ojek daring juga harus menjadi perhatian sehingga pada waktu diterima, makanan atau minuman yang dipesan dalam keadaan bersih dan aman untuk dikonsumsi.
Perubahan kebiasaan yang berbeda selama masa pandemi dirasakan ketika melaksanakan peribadatan di rumah ibadah, seperti masjid atau musala. Bagi umat Islam yang tetap ingin beribadah di luar rumah, harus tetap menerapkan protokol kesehatan 3M sejak keluar rumah. Apabila menggunakan kendaraan umum, protokol harus lebih ketat diterapkan. Caranya dengan tetap menggunakan masker, menjaga jarak antara penumpang dan pengemudi, dan menghindari makan-minum serta berkomunikasi, baik antar-penumpang maupun menggunakan telepon genggam. Ini untuk menjaga kemungkinan terjadinya transmisi virus selama perjalanan.
Imran juga mengharapkan masjid atau musala yang menyelenggarakan salat tarawih atau salat id menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pengurus masjid harus tegas dalam mewajibkan jemaah memakai masker selama salat dan mengatur jarak aman. Di masjid juga sebaiknya tersedia sarana cuci tangan atau hand sanitizer yang memadai. Apabila tidak bisa dipenuhi, Imran menyarankan agar sebaiknya beribadah di rumah saja bersama keluarga.
Selama berpuasa, tentu masyarakat tetap dapat melakukan kegiatan lain, seperti bekerja, bersekolah, dan beragam aktivitas sosial lainnya. Orang yang berpuasa, kata Imran, sebenarnya justru harus tetap aktif. Menurut dokter spesialis kedokteran olahraga ini, jika orang terlalu lama beristirahat atau hanya di rumah saja tanpa kegiatan sama sekali akan membuat cepat lelah. Bagi yang bekerja dari rumah (WFH) pun pastilah tetap melakukan kegiatan, seperti mengikuti rapat virtual atau kegiatan luar kantor bersama rekan kerja. Mekanisme metabolisme tubuh harus dilakukan dengan menggerakkan otot tubuh.
Bagi pekerja yang harus ke kantor, kata Imran, dapat melakukan aktivitas fisik di sore hari mendekati waktu berbuka puasa setelah tiba di rumah. Selain untuk menjaga kebugaran, hal ini juga baik untuk yang ingin menurunkan berat badan. Supaya tidak terlalu melelahkan, Imran menyarankan mereka mengurangi beban aktivitas fisik, mengatur waktunya menjelang atau sesudah waktu berbuka, dan mempersingkat durasinya. “Sebenarnya orang yang berpuasa itu masih membutuhkan olahraga tapi jamnya saja dipindahkan ke sore hari,” terang kata Imran.