Merawat Anak Penderita Corona

Tak semua rumah sakit memiliki tempat perawatan COVID-19 bagi anak-anak. Isolasi di rumah dapat dilakukan dengan menjaga kejiwaan anak.
Data nasional menunjukkan bahwa 1 dari 8 kasus COVID-19 di Indonesia adalah anak-anak. Secara keseluruhan 12,5 persen kasus adalah anak usia 0-18 tahun. Ini berarti, dari total 2,5 juta kasus sekarang, 300 ribu di antaranya adalah kasus anak. Namun, “Tidak semua rumah sakit menyediakan tempat khusus bagi anak-anak dan obat-obat juga terbatas,” kata dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A. pada webinar yang dilaksanakan Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional pada 13 Juli lalu.
Seperti pada orang dewasa, upaya pencegahan penularan COVID-19 pada anak juga menggunakan 5M, yaitu menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jaga jarak, menghindari kerumunan, serta membatasi mobilitas dan interaksi. Anak usia di bawah dua tahun tetap diwajibkan mengenakan masker bila akan keluar rumah.
Untuk anak yang lebih kecil, orang tua diimbau sebisa mungkin menghindari ruangan berventilasi tertutup. Bila harus keluar rumah, maka mereka bisa menggunakan kereta bayi yang tertutup atau memakai gendongan sebagai perlindungan.
“Hindari orang yang sedang sakit, tidak perlu bertemu orang lain bila tidak perlu, hindari keluar rumah,” kata Mesty. “Bila menggunakan stroller yang tertutup atau gendongan akan lebih baik untuk menambah perlindungan, selain masker.”
Anak yang terinfeksi virus corona umumnya menunjukkan gejala yang mirip orang dewasa penderita COVID-19, seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sakit kepala, mual, muntah, diare, lemas, sesak napas, dan hilang penciuman. Untuk memastikannya, mereka perlu dites terlebih dahulu.
Menurut dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K) dari RSCM, pemantauan kondisi tubuh adalah obat utama saat isolasi mandiri. Adapan yang harus dipantau adalah suhu, saturasi oksigen, laju napas, asupan makanan, aktivitas fisik, dan tanda-tanda dehidrasi. Dia juga mengingatkan orang tua tidak memberikan obat antivirus dan antibiotik atau obat lain yang tanpa anjuran dokter.
“Jangan panik, jangan beli antivirus dan antibiotik sendiri atau obat lain tanpa anjuran dokter. Hindari hoaks dan dapatkan informasi dari sumber terpercaya,” kata Nina. “COVID-19 pada anak yang tidak ada komorbid, obatnya adalah istirahat, makan yang cukup, dan menjaga daya tahan tubuh. Insya Allah mereka akan sembuh dengan sendirinya.”
Setiap keluarga memiliki situasi yang berbeda sehingga keluarga bisa memodifikasi isolasi mandiri yang sesuai dengan situasi masing-masing. Isolasi dapat dilakukan pada anak yang tidak bergejala atau bergejala ringan. Ini bisa dilihat dari kondisi saat anak sedang bermain, apakah bisa makan dan minum, dan saat beraktivitas tidak ada sesak.
Nina meminta orang tua untuk memberikan dukungan psikologis kepada anak, khususnya remaja. Beberapa remaja merasa ketakutan ketika terinfeksi. Orang tua bisa menjelaskan bila mereka bergejala ringan, maka mereka tidak perlu terlalu khawatir dan dapat melakukan isolasi mandiri. Intinya, kata dia, tenangkan anak jika mereka merasa gelisah dan diskusikan mengenai kekhawatiran mereka.