Masih Mengintai Anak-anak

Sebanyak 98 persen penularan tuberkulosis pada anak terjadi melalui jalan napas. Vaksinasi BCG dan pelacakan kontak dapat mencegah penyebaran penyakit.
Seperti halnya pada orang dewasa, anak-anak juga dapat tertular kuman mycobacterium tuberculosis penyebab tuberkulosis (TBC). Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid., angka kasus TBC pada anak di Indonesia masih cukup tinggi, yakni sebesar 17 persen.
Penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita TBC aktif batuk, bersin, atau berbicara, bakterinya akan ikut keluar melalui cairan droplet dan terbawa ke udara. Bakteri itu dapat masuk ke tubuh orang lain melalui udara yang mereka hirup.
Dokter spesialis anak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr. Fauzi Mahfuzh, Sp.A(K), mengatakan bahwa jika seorang anak kontak erat dengan orang dewasa yang menderita TBC, maka ada 50-60 persen kemungkinan anak tersebut akan terinfeksi. Menurut dia, seluruh organ di tubuh anak dapat diserang oleh kuman sehingga ada beberapa jenis TBC pada anak selain paru, seperti TBC kelenjar, TBC tulang, TBC sendi, dan TBC kulit.
Yang paling banyak diderita oleh anak-anak, kata Fauzi, adalah TBC paru karena penularan tuberkulosis pada anak paling banyak melalui saluran pernapasan. “Pada anak-anak, 98 persen terjadinya penularan TBC itu melalui jalan napas,” kata Fauzi kepada Mediakom pada Jumat, 24 September lalu.
Beberapa gejala umum yang timbul saat anak terindikasi menderita TBC, antara lain, adalah batuk terus-menerus selama lebih dari dua pekan dan batuknya tidak membaik dengan antibiotik atau obat-obat antiasma. Gejala lain adalah demam yang berulang tanpa sebab yang jelas dan biasanya tidak tinggi. Berat badannya tidak naik atau turun dalam dua bulan terakhir dan juga tidak membaik walaupun diberi asupan nutrisi yang optimal. Anak juga terlihat lesu atau tidak aktif (lemas, letih, malaise kronik). “Bila kita menemukan salah satu dari gejala ini kita harus eksplorasi lebih lanjut, curiga ke arah sana,” kata Fauzi.
Apabila seorang anak didiagnosis menderita TBC oleh dokter, maka harus dilakukan investigasi kontak, yaitu mencari sumber penularan dalam keluarga dan kemungkinan ada anak lain yang menderita TBC. Jika sumber penularan sudah ditemukan, ia harus segera diobati.
Pemeriksaan tuberkulosis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu induksi sputum, uji tuberculin (mantoux test) seperti penyuntikan protein tuberculin di bawah kulit dan dibaca reaksi kulit dalam 48-72 jam, penilaian diameter penebalan kulit/indurasi, melakukan tes cepat molekuler (TCM), dan foto rontgen paru. Anak yang baru terinfeksi tapi belum menunjukkan gejala TBC aktif akan diberi obat antituberkulosis (OAT) isoniazid. Adapun anak yang telah terdiagnosis TBC aktif akan diberi tiga jenis OAT, yaitu isoniazid, pyrazinamide, dan rifampicin.