Antisipasi Risiko Osteoporosis

Risiko penyakit osteoporosis bertambah seiring meningkatnya jumlah populasi senior. Kementerian Kesehatan melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menguranginya.
Hari osteoporosis internasional diperingati setiap tanggal 20 Oktober. Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr. Elvieda Sariwati, M.Epid., mengatakan bahwa peringatan ini bertujuan untuk meningkatkan perhatian dunia terhadap pencegahan, diagnosis, dan terapi osteoporosis serta penyakit metabolik. “Hari osteoporosis internasional pertama kali diperingati pada 20 Oktober 1996 dan diperkuat dengan dibentuknya International Osteoporosis Foundation (IOF) serta sponsor dari Badan Kesehatan Dunia (WHO). Sejak saat itu, program edukasi masyarakat mengenai osteoporosis semakin ditingkatkan,” kata Elvieda melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi Mediakom pada 23 November lalu.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa beban osteoporosis meningkat seiring dengan peningkatan populasi di suatu negara. Dalam laporan mengenai prakarsa inovatif dan kolaboratif untuk meningkatkan perawatan osteoporosis di Asia Pasifik oleh Asia Pacific Consortium on Osteoporosis (APCO) di jurnal Osteoporosis International pada 2020, M. Chandran dan kawan-kawan menyatakan bahwa pada tahun 2050 diperkirakan terjadi peningkatan populasi penduduk usia 65 tahun sebanyak empat kali lipat yang berbanding lurus dengan risiko terjadinya patah tulang.
Menurut WHO, sekitar 200 juta orang diperkirakan mengidap osteoporosis pada 2050. Sebanyak 6,3 juta orang setiap tahun akan mengalami kejadian patah tulang dan separuhnya terjadi di Asia. Risiko osteoporosis terjadi pada 1 dari tiga orang perempuan yang berusia lebih dari 50 tahun dan satu dari lima laki-laki pada usia lebih dari 50 tahun. Dalam artikel mengenai risiko osteoporosis dan patah tulang pada orang tua di jurnal Clinical Medicine pada 2014, Tara Coughlan dan kawan-kawan mengatakan bahwa 50 persen wanita dan 30 persen pria di atas 50 tahun akan mengalami patah tulang karena osteoporosis.
Hasil penelitian Gunawan Tirtarahardja dan kawan-kawan mengenai kepadatan mineral tulang pada 2016 menyimpulkan bahwa prevalensi osteoporosis pada perempuan rata-rata meningkat dari 23 persen saat usia 50-80 tahun menjadi 53 persen pada usia 70-80 tahun. Prevalensi osteoporosis pada laki-laki juga meningkat meskipun jauh lebih rendah dengan tingkat kepadatan mineral tulang turun sekitar 10–20 persen antara usia 20–39 tahun ke 70–79 tahun.