Tiga Penanganan Utama

Penanganan osteoporosis meliputi tiga komponen penting, yaitu pencegahan, pengobatan, dan pembedahan. Tujuannya untuk memperkuat tulang.
Dokter subspesialis reumatologi di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, dr. Gede Kambayana, Sp.P.D. (K)., penanganan osteoporosis meliputi tiga komponen penting, yaitu pencegahan, pengobatan, dan pembedahan. Pencegahan dilakukan dengan mencukupi kebutuhan kalsium dan vitamin D serta berolahraga secara rutin dan teratur untuk memperkuat tulang dan otot.
Pengobatan osteoporosis dilakukan apabila kondisi osteoporosis telah memasuki tingkat lanjut. Saat sudah masuk tahap ini, pemeriksaan lanjutan harus segera dilakukan, seperti pemeriksaan tingkat kepadatan tulang. Obat-obatan yang digunakan untuk penderita osteoporosis saat ini, antara lain, adalah obat pengganti hormon, bifosfonat, agen biologis dan agen anabolik. Kemudian apabila telah terjadi patah tulang, maka tindakan pembedahan perlu dilakukan agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian kesehatan, osteoporosis terbagi dua jenis, yaitu osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terjadi pada perempuan pascamenopause serta perempuan dan lelaki berusia lanjut. Hal ini umum terjadi di kalangan perempuan usia 50-an yang mengalami penurunan hormon estrogen saat terjadi menopause yang memicu pengeroposan tulang.
Osteoporosis prime memiliki dua tipe. Tipe pertama terjadi pada perempuan pascamenopause. Ini biasanya terjadi 15-20 tahun setelah masa menopause. Tipe kedua atau osteoporosis senil (penuaan) terjadi karena kekurangan kalsium dan sel-sel perangsang pembentuk vitamin D. Ini biasanya terjadi para orang usia 70 tahun ke atas dan dua kali lebih sering terjadi pada perempuan yang mengalami osteoporosis primer tipe pertama.
“Saat usia muda, hormon pembentuk tulang masih aktif sehingga akan terbentuk tulang yang padat dan kuat. Namun, ketika memasuki usia lanjut, hormon ini akan menurun fungsinya sehingga lebih mudah untuk terjadi kerapuhan tulang. Hal inilah yang terjadi pada osteoporosis primer,” kata Kamba kepada Mediakom pada Selasa, 30 November 2021, melalui keterangan tertulis.
Osteoporosis primer berhubungan erat dengan usia sehingga untuk mengobatinya pun lebih sulit dilakukan. “Pengobatan osteoporosis tipe ini memerlukan terapi hormonal, namun dengan risiko efek samping yang tinggi,” kata Kamba. Namun, kata dia, ada beberapa pilihan terapi lain, seperti pemberian bifosfonat, agen biologis, dan agen anabolik yang mampu memperbaiki kerapuhan tulang.
Osteoporosis sekunder diakibatkan oleh penyakit lain atau akibat efek samping penggunaan obat jangka panjang. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian kesehatan, osteoporosis jenis ini muncul sebagai efek dari obat-obatan steroid, alkohol, tembakau, tiroksin, antikejang, obat-obatan hormon antiseks, heparin, litium, metotreksat, obat sitotoksik lain, vitamin D, dan obat yang cenderung meningkatkan risiko osteoporosis. Ia berkaitan pula dengan beberapa penyakit kronis yang mengakibatkan keterbatasan gerak pada penderitanya seperti penyakit rematik atau penyakit kronis yang menyebabkan kurangnya kalsium, seperti ginjal, intoleransi terhadap produk susu, dan penyakit pada sistem pencernaan dan sebagainya.
Pada osteoporosis jenis ini, pengobatan terutama dilakukan untuk penyakit dasar yang mengakibatkan kondisi osteoporosis atau menghentikan pengobatan jangka panjang yang mengakibatkan osteoporosis. “Akan tetapi, pada kondisi berat, obat juga diperlukan dengan pilihan yang sama pada osteoporosis primer, yaitu pemberian bifosfonat, agen biologis, dan agen anabolik,” tutur Kamba.
Gejala osteoporosis dapat menyebabkan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Oleh karena itu, Kamba mengatakan, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami rasa sakit yang berat, terutama pada punggung, leher, pinggul, atau pergelangan tangan.