Belajar Sambil Berlari Ala Sekjen Kemenkes

Pria kelahiran Solo ini merumuskan tiga program Sekjen Kemenkes yang mendukung 6 bidang transformasi sistem kesehatan.
Senin, 9 Agustus 2021 menjadi salah satu momen bersejarah dalam hidup Kunta Wibawa Dasa Nugraha, SE, MA, Ph.D. Hari itu, Kunta dilantik secara resmi sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Kesehatan. Amanah sebagai pejabat Eselon 1 di lingkungan kesehatan merupakan pengalaman baru bagi pria yang sejak awal merintis karir sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kementerian Keuangan sebagaimana latar belakang pendidikannya.
“Nggak kebayang, terus terang saya kaget. Karena kalau melihat karir, ya karirnya di situ (Kemenkeu) tidak pernah membayangkan lintas kementerian. Kalau lintas eselon 1 (di Kemenkeu) saya sudah biasa, bolak-balik,” ujar Kunta ketika berbincang dengan Mediakom secara daring pada 9 Desember lalu.
Pria kelahiran Solo 30 November 1968 ini lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada pada tahun 1993. Setelah mengirimkan lamaran ke berbagai tempat termasuk melamar sebagai ASN, takdir membawa Kunta untuk menjadi seorang birokrat di Kemenkeu setelah menerima Surat Keputusan Calon Pegawai Negeri Sipil (SK CPNS) pada Januari 1994. Kala itu, kisah Kunta, dirinya menerima penempatan di Badan Analisa Keuangan dan Moneter (BAKM), meski ketika penjurusan di bangku memilih Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Kunta tidak terlalu familiar dengan pekerjaan pertamanya tersebut.
Pada tahun 1997, Kunta mendapatkan beasiswa ke Boston University, Amerika Serikat. Sebelum berangkat, terlebih dahulu dirinya harus mengikuti pelatihan Bahasa Inggris dan berbagai perbekalan kuliah di luar negeri lainnya. Tahun 1998, akhirnya Kunta bersiap berangkat ke Amerika, namun kekhawatiran menghinggapi dirinya karena di saat itu Indonesia tengah dilanda krisis moneter dan juga marak aksi demonstrasi menuntut diadakannya reformasi.
Kekhawatiran tidak jadi mendapat beasiswa sempat melintas di benak Kunta. Selain itu, perjalanan dari Jatibening, Bekasi menuju Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang juga menjadi momen yang terus diingatnya.
“Waktu mau berangkat sekolah S2 perjuangan, saat itu sedang krisis moneter, besok mau berangkat Pak Harto turun. Waktu itu khawatir juga, tapi ternyata World Bank commit untuk memberikan bea siswa. Jadi saya dari tempat tinggal saat itu di Jatibening sampai ke Bandara itu deg-degan setengah mati, untungnya sampai bandara juga. Dan itu pertama kalinya saya naik pesawat terbang,” kenang pria asli Solo ini.
Tidak perlu lama sekembalinya dari kuliah di luar negeri, Kunta mendapatkan promosi sebagai pejabat Eselon 4 pada tahun 2000 dengan tugas mengurusi pendapatan negara bukan pajak (PNBP). Tahun 2005, karir Kunta kembali meningkat setelah dirinya diangkat sebagai Eselon 3 yang mengurusi analisa penerimaan perpajakan pada Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Direktorat Jenderal Anggaran Kemenkeu. Tahun 2008, Kunta di-rolling menjadi kepala bidang analisa kebijakan perpajakan namun dirinya tidak lama di posisi tersebut karena pada tahun 2009 dirinya memilih untuk meletakan jabatan karena ingin mengejar impiannya untuk menambah ilmu.
“Karena cita-cita mau sekolah lagi, Saya dapat bea siswa tahun 2009 saya ke Australia, jadi semua saya lepas, eselon 3 saya lepas, istri saya juga eselon 3 dilepas (ikut ke Australia),” kata ayah dua orang putra ini.