Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1685761763', '35.172.111.47')

Potensi Metaverse di Ranah Kesehatan » MediaKom
Januari 2022Kilas Internasional

Potensi Metaverse di Ranah Kesehatan

Sejumlah perusahaan tengah mengembangkan Metaverse. WHO menjajaki pemanfaatannya di bidang kesehatan.

Teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat dan memungkinkan orang menyelam lebih dalam ke realitas virtual. Itu yang terjadi pada topik yang kini sedang hangat, yakni metaverse. “Metaverse” adalah perkawinan kata “meta” dan “universe”. Secara harfiah ia bisa diartikan sebagai semesta yang melampaui atau berada di atas realitas.

Salah satu yang membuat Metaverse jadi popular adalah ketika pada Oktober 2021, Facebook mengubah namanya menjadi Meta, yang mengacu pada “Metaverse”.  Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, saat itu menyatakan akan mulai mewujudkan Metaverse dan mengaplikasikannya secara nyata.

Istilah “Metaverse” diciptakan pada 1992 oleh Neal Stephenson dalam novel fiksi ilmiah Snow Crash. Stephenson membayangkan Metaverse sebagai sebuah dunia tempat berbagai avatar manusia hidup dan bertemu dalam sebuah bangunan tiga dimensi dengan lingkungan virtual yang realistis.

Menurut Kim J. L. Nevelsteen, peneliti di Departemen Ilmu Komputer dan Sistem, Stockholm University, Metaverse adalah realitas virtual yang bersifat real time. Dalam artikelnya di jurnal arXiv pada 2016, ia membandingkan Metaverse dengan Internet tapi jauh lebih maju dan luas. Seperti Internet, Metaverse mengandung realitas virtual campuran, seperti konferensi video, kamera web yang menangkap langsung gambar kota-kota di dunia fisik, dan operasi jarak jauh. Di dunia semacam ini, orang dapat bekerja, bermain, terhubung dengan rekan-rekannya, menonton konser, dan melakukan segala aktivitas, dari rapat hingga jalan-jalan. Semuanya dilakukan secara virtual.

Sejumlah perusahaan tengah mengembangkan Metaverse. Microsoft, misalnya, platform Microsoft Mesh yang menggabungkan dunia nyata dengan hologram, realitas virtual (VR), dan augmented reality (AR). Angkatan Darat Amerika Serikat bekerja sama dengan Microsoft untuk membuat headset Hololens 2 yang bisa dipergunakan tentara untuk berlatih dan bertarung secara virtual.

Indonesia juga bersiap untuk memasuki dunia Metaverse. Presiden Joko Widodo telah membicarakan mengenai hal tersebut dalam pidatonya di Muktamar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ke-34 pada Desember 2021. Menurut Jokowi, di masa depan dakwah maupun pengajian bisa dilakukan secara virtual melalui Metaverse. Presiden juga meminta seluruh warga NU agar bisa mengantisipasi kemajuan teknologi ini.

Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, pemerintah berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk merintis dan mewujudkan Metaverse versi Indonesia. WIR Group, perusahaan teknologi perangkat lunak Indonesia, merintis pengembangan Metaverse dan akan meluncurkan prorotipenya di ajang Presidensi Indonesia di G20 pada November mendatang. WIR Group akan berkolaborasi dengan Meta dan Microsoft untuk mengembangkan headset AR dan VR.

Para pemangku kepentingan di bidang kesehatan juga sedang meneliti dan mengantisipasi Metaverse. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa menimbang kemungkinannya untuk promosi kesehatan. “Ini dilihat sebagai tantangan dari segi kesehatan. Menghabiskan lebih banyak waktu online terhubung ke Metaverse dengan gawai dapat mengurangi tingkat aktivitas fisik dan memberi pengiklan lebih banyak cara untuk mempromosikan produk tidak sehat seperti junk food, tembakau, atau alkohol, ” kata Kremlin Wickramasinghe, Penjabat Kepala Kantor WHO Eropa untuk Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, di situs WHO pada 13 Januari lalu.

Penyakit tidak menular adalah penyebab kematian tertinggi di Eropa, yang mencapai 80 persen dari kematian dini. Orang yang hidup dengan penyakit ini juga berisiko jauh lebih tinggi mengalami efek buruk bila terinfeksi COVID-19. WHO sedang menjajaki kemungkinan memanfaatkan game online di Metaverse untuk kampanye hidup sehat dan mencegah penyakit tidak menular.

Jane Thomason, peneliti University College London, dalam artikelnya di Journal of Metaverse edisi 2021, memaparkan sejumlah potensi pemanfaatan Metaverse bagi kesehatan, yang disebutnya “MetaHealth”. Di Metaverse, kata dia, avatar tenaga kesehatan akan memiliki ruang untuk berkolaborasi dengan alat seperti papan tulis digital dan mereka akan dapat bertemu tatap muka tanpa peralatan konferensi yang rumit. Mesin, sistem, dan prosedur akan diuji dengan aman di ruang virtual untuk mendeteksi kesalahan dan kerentanan sebelum melakukannya di lingkungan fisik.

Thomason menulis, Metaverse akan memungkinkan pendidikan, pelatihan, dan perencanaan kesehatan berlangsung simultan serta melalui prosedur medis kolaboratif. Dikombinasikan dengan kecerdasan buatan, kata dia, teknologi Metaverse dapat memberdayakan pengambilan keputusan klinis dan memastikan intervensi yang lebih tepat yang disesuaikan untuk setiap pasien. Dia mencontohkan Veyond Metaverse, yang sedang membangun ekosistem Metaverse kesehatan masa depan.

Awalnya, kata Thomason, Metaverse akan digunakan untuk simulasi bedah, pencitraan diagnostik, manajemen perawatan pasien, rehabilitasi, dan manajemen kesehatan. Bagi pasien, teknologi ini dapat mempercepat pendidikan tentang kondisi atau rencana perawatan mereka. Dalam tata laksana klinis, AR dan VR dapat membantu tim tenaga kesehatan di titik perawatan. Ketika dikombinasikan dengan radiologi, AR dapat memberikan kemampuan kepada dokter untuk memproyeksikan gambar medis, seperti CT (computerized tomography) scan, langsung ke pasien dan sejajar dengan tubuh pasien.

Thomason menyatakan bahwa banyak peluang pemanfaatan dari Metaverse di bidang kesehatan. Namun, dia memperingatkan bahwa penelitian mendalam diperlukan pada semua aspek kesehatan di Metaverse, termasuk arsitekturnya, keekonomian, dan dampaknya. “Pertanyaan dan implikasi etis perlu terus dieksplorasi dan cara-cara baru untuk mengotomatisasi etika dalam teknologi dan aplikasi,” tulisnya.

Para pemangku kepentingan di bidang kesehatan juga sedang meneliti dan mengantisipasi Metaverse. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Eropa menimbang kemungkinannya untuk promosi kesehatan

Ferri Satriyani

Penyuka fotografi serta Penikmat film dan serial

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *