Waspada Nyamuk di Musim Hujan

Nyamuk dapat membawa virus penyakit demam dengue, malaria, dan filariasis. Jumlah kasus meningkat di musim penghujan.
Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan kesehatan. Salah satunya adalah penyebaran vektor penyakit yang semakin beragam. Menurut Regulasi Kesehatan Internasional dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 dan telah diberlakukan sejak Juni 2007, vektor penyakit adalah serangga atau hewan lain yang biasanya membawa organisme patogenik atau kuman penyakit dan merupakan faktor risiko bagi kesehatan masyarakat.
Vektor yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit itu, antara lain, adalah lalat, kutu, nyamuk, hewan kecil seperti mencit, tikus, dan hewan pengerat lain. Vektor menyebarkan agen dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke manusia atau hewan lain yang rentan melalui kotoran, gigitan, dan cairan tubuhnya atau secara tidak langsung dengan mencemari makanan.
Saat memasuki musim penghujan seperti bulan Februari ini, peningkatan kasus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk sangat rentan terjadi. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, drh. Didik Budijanto, M.Kes., penyakit yang disebabkan oleh vektor nyamuk sangat erat hubungannya dengan curah hujan karena curah hujan yang tinggi merupakan lingkungan yang sangat mendukung nyamuk untuk berkembang biak lebih banyak lagi. Ada beberapa masalah kesehatan yang disebabkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah atau demam dengue, malaria, filariasis atau kaki gajah, chikungunya, dan encephalitis Jepang.
Kenaikan Kasus
Menurut data Kementerian Kesehatan per 14 Februari 2022, ada 13 provinsi yang sudah melaporkan kasus demam dengue. Didik menyatakan, jika melihat kasus pada Januari 2022, maka terjadi peningkatan kasus dibanding rata-rata kasus pada tahun 2021. Peningkatan kasus demam dengue, dia menambahkan, terjadi di beberapa provinsi, seperti Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku Utara.
Untuk penyakit malaria, pada tahun 2021 ada sekitar 269.400 kasus. Jika dibandingkan dengan jumlah kasus tahun sebelumnya, terjadi kenaikan secara nasional sebesar enam persen atau 15.400 kasus. “Dari tahun 2020 itu 254 ribu kasus, sekarang menjadi 269 kasus. Sebanyak 96 persen kasus malaria masih terkonsentrasi di kawasan timur Indonesia,” kata Didik kepada Mediakom pada 17 Februari lalu.