WHO Serukan Pencegahan Infeksi dalam Perawatan

WHO merilis laporan mengenai manfaat dari pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat perawatan. Negara berpenghasilan tinggi lebih mungkin untuk memajukan penanganannya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kalinya merilis laporan tentang manfaat dari pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang dilakukan oleh negara-negara di dunia. Dalam laporan tersebut terungkap bahwa program PPI mampu mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dalam perawatan kesehatan (HAIs) hingga 70 persen.
Menurut WHO, dari setiap 100 pasien di rumah sakit perawatan akut, tujuh pasien di negara-negara berpenghasilan tinggi dan 15 pasien di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah akan mendapatkan setidaknya satu infeksi HAIs selama mereka tinggal di rumah sakit. Rata-rata 1 dari 10 pasien yang terkena akan meninggal.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain ketika mereka masuk tanpa infeksi dan tidak dalam masa inkubasi. Ini termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien pulang dan infeksi karena pekerjaan petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan dalam proses pelayanan kesehatan.
Laporan WHO memberikan analisis situasi global pertama tentang bagaimana program PPI diimplementasikan di negara-negara di seluruh dunia, termasuk fokus regional dan negara. Sambil menyoroti bahaya bagi pasien dan petugas kesehatan dan resistensi antimikroba, laporan tersebut juga membahas dampak dan efektivitas biaya dari program pencegahan dan pengendalian infeksi serta strategi dan sumber daya yang tersedia bagi negara-negara untuk memperbaikinya.
Dampak dari infeksi dalam perawatan kesehatan dan resistensi antimikroba pada kehidupan masyarakat tidak dapat dihitung secara pasti. Lebih dari 24 persen pasien yang terkena sepsis dan 52,3 persen pasien yang dirawat di unit perawatan intensif meninggal setiap tahun. Angka kematian meningkat dua sampai tiga kali lipat ketika infeksi tersebut resisten terhadap antimikroba.