Bila Si Kecil Terkena Flu Singapura

Anak-anak dapat terkena penyakit tangan, kaki, dan mulut. Penyakit ini berbeda dari dari penyakit mulut dan kuku yang menyerang banyak hewan ternak.
Penulis: Utami Widyasih
Penyakit tangan, kaki, dan mulut (PTKM) , yang sering disebut “flu Singapura”, sebenarnya cukup sering ditemui pada anak dan bayi. Penyakit ini berbeda dari penyakit mulut dan kuku (PMK) yang kini menyerang banyak hewan ternak beberapa daerah di Indonesia dan menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena tingkat penularan dan kematian yang tinggi pada hewan yang terinfeksi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa PMK sangat jarang menular ke manusia. Menurut Budi, pihaknya telah berdiskusi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) mengenai PMK dan memastikan bahwa penyakit ini lebih mendominasi hewan dan jarang ada yang “loncat” ke manusia. Untuk itu, Budi meminta masyarakat tidak perlu takut. “Tidak usah khawatir dari sisi kesehatan manusia,” katanya dalam jumpa pers virtual pada 9 Mei lalu.
Namun, penyakit tangan, kaki, dan mulut sangat mungkin menyerang anak-anak. Prastiwi, 36 tahun, ibu tiga anak yang bekerja sebagai aparatus sipil negara, pernah menghadapinya. Pada 2019, Arkha, putra sulungnya yang berusia 4 tahun, mendadak demam sampai 40 derajat Celcius.
“Pada masa awal sakit, Arkha demam dan rewel. Dikasih parasetamol masih tetap demam sampai dua hari. Lalu, keluar bintik merah, radang tenggorokan, dan keluar sariawan di sekitar mulutnya. Dia jadi malas makan karena sariawan,” katanya kepada Mediakom pada Rabu, 8 Juni lalu.
Prastiwi merasa gelisah dan khawatir dengan kondisi Arkha. Pada hari ketiga dia membawa anaknya ke dokter umum. Menurut dokter, Arkha terkena radang tenggorokan dan mendapat obat antibiotik. Namun, kondisi Arkha tidak membaik dan bahkan Anezka, adik perempuannya yang berusia 2 tahun, mengalami gejala serupa.
“Anezka saya bawa ke dokter spesialis anak. Kata dokter, itu adalah flu Singapura, tidak perlu antibiotik. Jika anak demam, cukup diberi obat penurun panas saja dan dikompres air hangat di dahi dan bagian lipatan, seperti ketiak dan paha,” kata Prastiwi.
Akhirnya Prastiwi mengikuti anjuran dokter spesialis anak dengan memberikan obat penurun panas dan mengompres mereka dengan air hangat. Untuk meredakan rasa nyeri di mulut dan tenggorokan, anak-anak diberi jus atau es krim. Ruamnya dapat hilang dengan sendirinya. Pada hari ke-8 Arkha dan Anez berangsur pulih dan akhirnya sembuh.