
Papua menjadi salah satu daerah dengan prevalensi kasus kusta tertinggi di Indonesia. Balai Litbangkes mengembangkan inovasi untuk menangani penyakit yang dikenal juga dengan lepra itu.
Papua tidak hanya memiliki keindahan alam dan budaya, tetapi juga kekayaan alam yang melimpah. Namun di balik pesonanya, Papua menyimpan permasalahan kesehatan yang hingga kini sulit ditangani. Bermacam penyakit menular menjangkiti masyarakat di Papua, seperti kusta, HIV/AIDS, tuberkulosis (TB), dan malaria. Ini menjadi tantangan pemerintah pusat dalam meningkatkan derajat kesehatan di provinsi itu.
Menjawab tantangan tersebut, pemerintah pusat mendirikan Unit Pelayanan Fungsional Penelitian Kesehatan (UPF Litkes) Papua pada 2005. Berbekal peninggalan laboratorium NAMRU-2 di Kota Jayapura, dimulailah penelitian terapan di bidang kesehatan dengan harapan dapat menjawab permasalahan-permasalahan kesehatan di Papua.
Seiring waktu, terjadi perubahan organisasi hingga menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Papua melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2017. Balai Litbangkes Papua memiliki empat wilayah kerja, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara. Keempat wilayah kerja tersebut merupakan provinsi dengan new case detection rate (NCDR) tertinggi.
Menurut Kepala Balai Litbangkes dr. Antonius Oktavian, M.Kes., balai ini memiliki keunggulan pada penanganan penyakit kusta. Sejak berdiri, balai ini banyak meneliti penyakit ATM (AIDS, TB, malaria).
“Juga penelitian penyakit infeksi lainnya, misalnya cacingan, cacing pita babi, frambusia, demam berdarah, investigasi peningkatan penyakit berpotensi kejadian luar biasa (KLB) pada penyakit-penyakit PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi), penelitian sindrom metabolik, serta penelitian dan pengembangan di bidang penyakit kusta yang dimulai pada 2015,” ujar dokter yang akrab disapa Anton itu.