Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1679590880', '34.232.63.94')

Survei Menunjukkan Vaksinasi Tingkatkan Antibodi COVID-19 » MediaKom
Agustus 2022Peristiwa

Survei Menunjukkan Vaksinasi Tingkatkan Antibodi COVID-19

Peneliti FKM UI lainnya, Pandu Riono, menambahkan kenaikan antibodi paling tinggi pada kelompok yang telah mendapatkan vaksin booster.

Hasil sero survei antibodi COVID-19 berbasis komunitas di 34 provinsi menunjukkan peningkatan proporsi penduduk Indonesia yang memiliki antibodi SARS-CoV-2, yaitu dari 87,8 persen pada Desember 2021 menjadi 98,5 persen pada Juli 2022. Sedangkan kadar antibodi meningkat lebih dari empat kali, dari 444.1 U/ml menjadi 2097.0 U/ml.

Sero survei dilakukan oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan (BKPK Kemenkes) bekerja sama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI).

Iwan Ariawan, salah seorang peneliti FKMUI, mengatakan survei dilakukan tiga kali. Survei pertama dilakukan secara nasional pada Desember 2021, survei kedua hanya melihat lokasi mudik Jawa dan Bali pada Maret 2022, dan ketiga bersifat nasional pada Juli 2022.

Sero survei pada Juli 2022 mengunjungi sampel atau responden yang sama dengan survei pertama. Dari 20.501 responden, sebanyak 84,5 persen berhasil dikunjungi.  Survei dilakukan di 100 kabupaten/kota terpilih di 34 provinsi. “Lokasinya sangat tersebar sehingga menggambarkan antibodi penduduk Indonesia,” ujar Iwan dalam keterangan pers hasil survei pada Kamis, 11 Agustus 2022.

Anggota tim peneliti FKM UI, Muhammad N. Farid, menyebutkan peningkatan kadar antibodi tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu vaksinasi dan infeksi. “Kalau kita melihat vaksinasi dan infeksi meningkat, tentunya ada kemungkinan penduduk yang memiliki antibodi akan meningkat atau kadar antibodi yang dimiliki oleh penduduk tersebut akan meningkat,” kata dia.

Data persentase penduduk menurut vaksinasi menunjukkan terdapat 30,1 persen penduduk yang belum divaksin pada Desember 2021. Yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama 19,3 persen dan vaksinasi dosis kedua 50,1 persen. Adapun yang menerima vaksin booster hanya 0,5 persen. Menurut Farid, hal itu bisa disebabkan karena saat itu baru tenaga kesehatan dan lansia yang mendapatkan vaksin booster

Bila dibandingkan dengan sampel yang sama, terjadi perubahan status vaksinasi. Pada Juli 2022, yang belum divaksin sudah berkurang menjadi 18,1 persen. Yang sudah divaksin dosis pertama 11,6 persen dan yang sudah divaksin dosis kedua 47,7 persen. Sedangkan yang menerima vaksin booster 22,6 persen.

Peneliti FKM UI lainnya, Pandu Riono, menambahkan kenaikan antibodi paling tinggi pada kelompok yang telah mendapatkan vaksin booster. Itu berarti semakin lengkap dosis vaksin, semakin tinggi kadar antibodi. Hasil survei menunjukkan kadar antibodi yang belum divaksin hanya 963.4 U/ml, sedangkan pada dosis pertama menjadi 1682.0 U/ml, dosis kedua menjadi 1852.0 U/ml. Lalu terjadi loncatan menjadi 4496.0 U/ml pada kelompok yang telah disuntik vaksin booster

Pandu mengingatkan masyarakat untuk mendapatkan vaksin booster. Dampaknya, angka keparahan pasien di rumah sakit dan angka kematian tidak meningkat tajam. “Vaksinasi menjadi prioritas bersama pemerintah dan masyarakat. Masyarakat perlu datang untuk vaksinasi booster,” tutur Pandu. 

Selengkpanya di sini

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *