Bibir Sumbing Bukan Hanya Masalah Estetika

Bibir sumbing dan lelangit adalah kelainan bawaan yang dapat mempengaruhi kesehatan anak. Penanganannya hanya dengan operasi.
Bibir sumbing dan lelangit adalah kelainan bawaan yang diderita oleh anak sejak lahir. Ini berupa bibir dan langit-langit mulut yang tidak sempurna, seperti bibirnya bercelah atau langit-langit mulut seperti terputus.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/321/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Bibir Sumbing dan Lelangit, prevalensi nasional bibir sumbing adalah 0,2 persen. Provinsi DKI Jakarta menduduki peringkat teratas dengan 13,9 persen, jauh di atas angka nasional. Ini kemudian diikuti oleh Sumatera Selatan (10,6 persen), Kepulauan Riau (9,9 persen), Nusa Tenggara Barat (8,6 persen), dan Nanggroe Aceh Darussalam (7,8 persen). Prevalensi terendah terdapat di Provinsi Jambi, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat yang masing-masing sebesar 0,4 persen. Insidensi bibir sumbing dan lelangit di Indonesia adalah 7.500 per tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa prevalensi global bibir sumbing pada 2020 adalah 1 dari 1.000-1.500 kelahiran atau sekitar 0,1 persen. Dibandingkan dengan data ini, maka prevalensi nasional Indonesia masih tinggi. WHO juga menyatakan bahwa penyebab utamanya adalah kelainan genetis, tapi gizi ibu yang buruk, konsumsi tembakau, alkohol dan obesitas selama kehamilan juga berperan.
Posisi celah bibir dan langit-langit setiap anak berbeda-beda. Terkadang anak hanya menderita kelainan celah bibir saja tetapi tidak sedikit juga yang terlahir dengan celah bibir disertai celah langit-langit dan bahkan dapat juga mempengaruhi gusi. Kondisi ini tidak hanya mengganggu estetika tapi juga kesehatan dan aktivitas mereka, seperti sulit makan dan minum.
Menurut drg. Nur Aini, Sp.B.M. dalam acara “Talkshow Keluarga Sehat” di Radio Kesehatan pada Kamis, 8 September lalu, dalam kondisi tertentu anak membutuhkan alat bantu minum yang bentuknya seperti gigi palsu agar makanan atau minuman bisa terserap dengan baik oleh tubuh. Namun, kata dia, tidak semua orang tua bersedia anaknya dipasang alat bantu ini karena mereka menganggap alat ini akan mempengaruhi kebersihan mulut dan gigi.
Kebersihan mulut dan gigi anak, menurut Nur, memang harus diperhatikan. Kotoran bekas susu atau makanan manis dapat menjadi plak pada gigi. Plak yang bersifat asam akan membuat mineral yang ada pada gigi larut sehingga gigi dapat berlubang. Jika gigi berlubang dan sang anak berbibir sumbing, maka ia akan semakin sulit untuk makan, minum, dan bahkan berbicara.
Nur Aini menyatakan bahwa satu-satunya cara menangani masalah anak dengan bibir sumbing dan langit-langit adalah dengan operasi untuk menyatukan bibir dan langit-langitnya. Tindakan operasi itu harus dilakukan dengan konsultasi ke dokter karena ada beberapa momen yang dapat menjadi masa emas anak untuk dioperasi. Biasanya dokter akan menganjurkan operasi dilakukan saat anak berusia lebih dari tiga bulan dan anak dengan celah langit-langit di usia lebih dari satu setengah tahun dengan syarat kondisi anak stabil, berat badan cukup, dan memiliki hemoglobin yang cukup.
Apabila anak tidak dioperasi pada masa emasnya, kata Nur, operasi itu dikhawatirkan nanti akan mengganggu fungsi bibir dan gigi. Selain itu, jika operasi dilakukan pada saat dewasa, anak akan sulit untuk mengubah pola bicaranya sehingga memerlukan terapi wicara yang membutuhkan waktu cukup lama.
WHO menyatakan bahwa beban penyakit mulut dan penyakit tidak menular lainnya dapat dikurangi melalui intervensi kesehatan masyarakat dengan mengatasi faktor risiko umum. Caranya antara lain dengan mempromosikan diet seimbang dengan bebas gula dan tinggi buah dan sayuran, serta memilih air sebagai minuman utama; menghentikan penggunaan segala bentuk tembakau, termasuk mengunyah pinang; serta mengurangi asupan alkohol.
Kelainan bibir sumbing dan lelangit dapat dicegah pada saat ibu sedang hamil. Nur Aini menambahkan bahwa pencegahan itu juga harus berdasarkan saran dari dokter agar tepat. Pada saat hamil, ibu juga harus diberikan nutrisi yang cukup sesuai anjuran dokter karena setiap asupan yang dikonsumsi oleh ibu akan berpengaruh kepada pertumbuhan jabang bayinya. M