Agar Anak Tidak Terkena Diabetes

Kasus diabetes pada anak meningkat. Pengendalian konsumsi gula dan makanan atau minuman mengandung gula dapat mencegahnya.
Diabetes tidak hanya ditemui pada orang dewasa. Kasus diabetes juga dapat ditemukan pada anak-anak usia 0-18 tahun. Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A.(K.) F.A.A.P., project leader Changing Diabetes in Children (CDIC) menyebutkan, pada tahun 2021, ada 6,7 orang di dunia meninggal karena diabetes dan 1,2 juta di antaranya adalah anak-anak dengan diabetes tipe 1. Di Indonesia, dalam 10 tahun terakhir terjadi peningkatan tujuh kali lipat pasien diabetes tipe 1 pada anak dan 70 persen terdiagnosis dalam keadaan berat saat baru datang ke rumah sakit.
“Diabetes pada anak adalah sebuah masalah dalam hal mendiagnosis dan sering kali terlambat. Pasien sering datang dalam kondisi berat, seperti ketoasidosis diabetikum (KAD), yang dapat meningkatkan angka kematian,” kata Aman kepada Mediakom pada Senin, 21 November lalu.
Anak yang datang ke IGD dengan gejala bervariasi. Ada yang sering kencing, sakit perut, muntah-muntah, dan tidak sadar. Kadangkala, bila tidak terpikirkan oleh tenaga kesehatan di IGD, maka pasien tidak terdeteksi sebagai diabetes. Ada yang dianggap pneumonia atau penyakit usus buntu. Mereka akhirnya terlambat terdiagnosis sampai meninggal.
“Seharusnya jangan sampai keadaan seperti itu. Langsung didiagnosis sebagai pasien diabetes dengan kegawatdaruratan keto diabetes,” kata Aman. Ia menyebutkan kesadaran di antara tenaga kesehatan masih belum merata. Ini terjadi karena tidak ada kesadaran tentang diabetes pada anak, baik di kalangan tenaga kesehatan maupun orang tua.
Saat ini, kasus diabetes pada anak masih banyak ditemukan di Jawa, khususnya di Jakarta. Ini bukan berarti karena kasusnya lebih banyak di Jawa tapi bisa jadi jadi karena kesadaran tenaga kesehatan yang lebih tinggi di Jawa dan Jakarta.