Amankah Madu bagi Penderita Diabetes

Madu biasa dikonsumsi sebagai pemanis dan penambah cita rasa. Dapatkah penderita diabetes melitus mengonsumsinya?
Sejak dahulu kala madu sudah banyak digunakan dalam makanan maupun pengobatan. Madu biasa dikonsumsi sebagai pemanis buatan dan penambah cita rasa. Menurut Journal of Food Science and Engineering, kandungan madu terdiri dari berbagai macam karbohidrat (total 82,4 persen), seperti fruktosa (38,5 persen), glukosa (31 persen), dan sisanya 12,9 persen terdiri dari maltosa, sukrosa, oligosakarida, dan polisakarida lainnya.
Madu juga kaya akan protein, enzim, asam amino, lemak, vitamin, mineral, senyawa flavonoids, dan senyawa fenolik. Karbohidrat yang terdapat dalam madu dikaitkan dengan peningkatan indeks glikemik sehingga penting untuk memperhatikan efeknya, terutama bagi penderita diabetes melitus.
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia, yaitu glukosa yang tinggi dalam darah akibat resistensi insulin maupun defisiensi insulin absolut atau relatif. Tata laksana diabetes melitus yang utama adalah dari perubahan gaya hidup dan pola diet. Lantas, bolehkah madu dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus?
Madu merupakan bahan alamiah yang dihasilkan oleh lebah madu (Apis mellifera) dari nektar bunga. Ada sekitar 300 jenis madu yang jenisnya bergantung dari asal bunga. Madu dari jenis bunga inilah yang harus diperhatikan konsentrasi kandungan fruktosa di dalamnya. Beberapa faktor, seperti asal geografi, iklim, lingkungan, dan cara memprosesnya, juga akan mempengaruhi kandungan di dalam madu. Cara penyimpanan madu juga dapat mempengaruhi reaksi kimia yang berbeda, seperti fermentasi, oksidasi, dan proses termal.
Dalam penelitian yang dilakukan pada hewan, madu alamiah dilaporkan memproduksi respons indeks glikemik yang lebih rendah pada kelinci dibandingkan dengan sukrosa atau pemanis buatan. Pada penelitian ini, fruktosa cenderung menyebabkan glukosa darah yang lebih rendah dan bermanfaat sebagai pengendali indeks glikemik. Mekanisme ini disebabkan adanya pengosongan lambung yang lebih lama, pengurangan absorbsi pada usus halus, dan pengurangan asupan makanan.
Penelitian pada tahun 2019 yang dilakukan oleh Omotayo Erejuwa membandingkan madu dengan cairan gula. Madu pada orang sehat terbukti berkaitan dengan kadar serum glukosa, kadar serum insulin, dan C-peptide yang lebih rendah setelah dikonsumsi 60 menit. Penelitian ini menyimpulkan bahwa madu dapat dipakai sebagai pengganti gula pada individu dengan intoleransi glukosa, prediabetes, dan diabetes melitus tipe 1 maupun 2.
Selain terkenal karena rasanya, madu juga menyimpan banyak kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan seperti sebagai antioksidan, anti-inflamasi, antibakterial, dan membantu dalam proses penyembuhan luka. Menurut Omotayo Erejuwa, madu yang lebih gelap mempunyai antioksidan yang lebih tinggi daripada yang lebih muda warnanya. Efeknya sebagai antioksidan terjadi pada plasma darah, sel darah merah, jaringan, dan organ seperti liver, pankreas, ginjal, dan mata. Madu sebagai anti-inflamasi bekerja dengan cara menekan inflamasi dan stres oksidatif sehingga dapat mengurangi komplikasi makro dan mikrovaskular yang diakibatkan oleh diabetes melitus seperti penyakit jantung.
Selain dikonsumsi, madu juga dapat digunakan secara topikal pada luka diabetik dalam proses penyembuhan. Penggunaannya sebagai agen topikal lebih menguntungkan daripada penggunaan agen topikal lain karena sampai saat ini belum dilaporkan adanya resistensi madu terhadap mikro-organisme.
Dalam Journal Trends in Food Science & Technology Rohit Sharma dkk (2020) melaporkan bahwa madu alami juga dapat memperbaiki metabolisme lemak, mengurangi berat badan, mengurangi kadar kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL), trigliserida, dan meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL). Sebagai nutrisi dan suplemen, madu juga memiliki peran penting dalam pemulihan kesehatan, perbaikan fungsi sel, mengatur metabolisme dan fungsi sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem muskuloskeletal, mencegah proses degeneratif, mencegah komplikasi, serta meningkatkan kualitas hidup pada penderita diabetes.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa madu mempunyai banyak sekali manfaat, seperti sebagai antidiabetes, antihiperglikemik, imunomodulator, antioksidan, anti-inflamasi, antihipertensi, hipolipidemik, hepatoprotektor, kardioprotektor, antikanker, dan juga dapat menurunkan berat badan sehingga penderita diabetes melitus dapat mengonsumsi madu sebagai pengganti gula. Namun, hingga saat ini masih perlu penelitian lebih lanjut mengenai jenis madu terbaik dan seberapa banyak boleh dikonsumsi penderita diabetes sehingga mereka tetap perlu memperhatikan jumlah madu yang dikonsumsi. Penderita diabetes disarankan untuk memilih jenis madu alami yang murni, organik, mentah, dan tanpa pemanis tambahan. Mereka juga perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. M