Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1701646665', '3.239.2.192')

Pentingnya Akses ke Air, Sanitasi, dan Higiene yang Aman » MediaKom
Kilas Internasional

Pentingnya Akses ke Air, Sanitasi, dan Higiene yang Aman

WHO mendorong negara memperluas akses masyarakat yang memadai ke air minum, sanitasi, dan higiene yang aman. Mencegah risiko penyakit diare dan infeksi saluran pernapasan akut.

Badan Kesehatan Dunia ( WHO) menyatakan separuh dari populasi dunia masih tidak memiliki akses yang memadai ke air minum, sanitasi, dan higiene (WASH) yang aman. Jika tiga hal itu terpenuhi, maka ia dapat mencegah setidaknya 1,4 juta kematian dan 74 juta orang yang kehilangan kehidupan sehat akibat kematian dini atau kecacatan (DALY).

“Dengan meningkatnya risiko kesehatan terkait WASH yang terlihat saat ini melalui konflik, munculnya resistensi antimikroba, munculnya kembali hotspot kolera, dan ancaman jangka panjang dari perubahan iklim, keharusan berinvestasi (di bidang kesehatan menjadi) lebih kuat dari sebelumnya,” kata Maria Neira, Direktur Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim, dan Kesehatan WHO, dalam rlis WHO pada 28 Juni lalu. “Kami telah melihat kemajuan dalam penyediaan WASH selama 10 tahun terakhir, tetapi belum merata dan memadai.”

Pada 2019, penyakit yang disebabkan oleh WASH yang tidak aman diperkirakan telah membebani 183 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa. Empat jenis masalah kesehatan yang muncul adalah diare, infeksi saluran pernapasan akut, kurang gizi, dan cacingan.

Diare menjadi penyumbang terbesar dengan lebih dari satu juta kematian dan 55 juta DALY. Kontributor terbesar kedua adalah infeksi saluran pernapasan akut akibat kebersihan tangan yang tidak terjaga yang berhubungan dengan 356 ribu kematian dan 17 juta DALY.

Pada bayi di bawah lima tahun, WASH yang tidak aman mengakibatkan 395 ribu kematian dan 37 juta DALY, yang merupakan 7,6 persen dari seluruh kematian dan 7,5 persen dari seluruh DALY dalam kelompok usia ini. Ini termasuk 273 ribu kematian akibat diare dan 112 ribu kematian akibat infeksi saluran pernapasan akut. Kedua penyakit menular ini menjadi penyebab kematian teratas untuk anak balita secara global.

Kesenjangan terjadi dalam wilayah dan kelompok pendapatan. Lebih dari tiga perempat dari semua kematian yang disebabkan oleh WASH tidak aman terjadi di wilayah WHO bagian Afrika dan Asia Tenggara. Adapun 89 persen kematian berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah. Namun demikian, negara-negara berpenghasilan tinggi pun tetap berisiko karena 18 persen dari penyakit diare justru terjadi di negara-negara yang sebenarnya dapat mencegahnya melalui praktik kebersihan tangan yang lebih baik.

Data tersebut baru perkiraan dan beban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Dampak WASH yang tidak aman terhadap kesehatan bisa sangat luas karena mempengaruhi kondisi sosial dan mental manusia. Ini ditambah lagi dengan perubahan iklim, yang cenderung memperburuk penyakit dan risiko akibat WASH, yang tidak sepenuhnya dapat tergambar dalam laporan tersebut.

Untuk mengurangi beban penyakit yang diakibatkan oleh WASH, WHO mendesak pemerintah di negara anggota untuk bertindak dengan dukungan dari badan-badan PBB lain, para mitra, sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil. Langkah pertama dengan mempercepat tindakan untuk mewujudkan WASH yang aman bagi semua orang. Tinjauan komprehensif jangka menengah pada aksi internasional menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) memperlihatkan komitmen baru dari pemerintah untuk mempercepat kemajuan menuju akses universal ke WASH yang aman. Dengan mengukur peningkatan status kesehatan yang dikaitkan dengan tingkat layanan WASH yang lebih tinggi, estimasi yang diperbarui akan memberikan bukti kuat untuk mendukung upaya mewujudkan komitmen ini menjadi tindakan nyata.

Selanjutnya, pemerintah berfokus pada upaya di kelompok termiskin dan kekurangan. Beban penyakit sebagian besar didorong oleh akses yang tidak memadai di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan estimasi nasional terhadap akses pada WASH yang aman seringkali mengurangi kesenjangan yang terjadi di beberapa negara. Akses ke layanan WASH biasanya lebih rendah di populasi perdesaan dan kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah. Bahkan, di negara-negara berpenghasilan tinggi, yang akses ke layanan air minum dan sanitasi yang dikelola dengan aman umumnya tinggi, komunitas yang terpinggirkan tetap tidak terlayani dan menghadapi risiko yang lebih tinggi.

Pemerintah juga perlu menyesuaikan sistem pemantauan nasional untuk meningkatkan kualitas data paparan populasi terhadap layanan WASH. Data tentang tingkat layanan WASH yang lebih tinggi masih jarang tersedia di banyak negara. Pemerintah harus mengadaptasi sistem pemantauan di lingkup nasional dan lokal dengan mempertimbangkan tingkat layanan yang lebih tinggi yang diminta dalam kerangka SDG, yang memungkinkan gambaran yang lebih akurat dari beban penyakit terkait WASH yang tidak aman.

“Sudah jelas bahwa akses yang tidak memadai ke air bersih, sanitasi, dan higiene terus menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan dan dapat dicegah, terutama bagi populasi yang paling rentan,” kata Bruce Gordon, Kepala Bidang Air, Sanitasi, Higiene, dan Unit Kesehatan WHO.

Untuk mendukung pemerintah, WHO telah meluncurkan perangkat baru untuk pemodelan dampak penyakit dari berbagai skenario WASH. Alat ini akan mendorong pembuatan kebijakan bertindak berdasarkan data dan informasi, memandu intervensi yang tepat sasaran, dan mendukung alokasi sumber daya strategis untuk program WASH. M

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *