Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1701646924', '3.239.2.192')

Jalur-jalur Penularan Hepatitis » MediaKom
Juli 2023Media Utama

Jalur-jalur Penularan Hepatitis

Virus hepatitis dapat menular dari ibu ke anak atau jalur lain seperti cairan tubuh, aktivitas seksual tidak aman, atau penggunaan jarum suntik tidak steril. Pemeriksaan antibodi hepatitis B perlu dilakukan.

Di Indonesia diperkirakan jumlah penderita hepatitis mencapai 20 juta orang dengan prevalensi tertinggi pada kasus hepatitis B. Data dari CDA foundation tahun 2016 mencatat angka kematian akibat hepatitis B di Indonesia mencapai 51.100 setiap tahun dan kematian akibat hepatitis C berjumlah 5.942 tiap tahun. Menurut data BPJS Kesehatan, pada 2022, sebanyak 2.159 orang meninggal karena sirosis dan kanker hati, yang merupakan dampak dari hepatitis kronis yang biasanya dialami orang dengan hepatitis B pada stadium lanjut.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Imran Pambudi, M.P.H.M., mengatakan, ada kesulitan dalam mendeteksi penderita hepatitis. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab masih tingginya kasus penyakit ini di Indonesia. “Tantangan kita paling besar adalah mereka itu kan enggak merasa sakit,” kata Imran kepada Mediakom pada Jumat, 25 Agustus lalu.

Data Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukkan, prevalensi hepatitis B secara umum mencapai 7,1 persen atau sekitar 18 juta penduduk. Kementerian Kesehatan melakukan tes darah pada ibu yang akan melakukan persalinan pada 2021 dan 2022. Hasilnya,  47.550 dari 2.946.013 ibu hamil yang diperiksa pada 2021 dinyatakan positif hepatitis B dan 50.774 dari 3.254.139 ibu yang diperiksa pada 2022 kedapatan positif hepatitis B.

“Penularan paling banyak itu melalui transplasental pada ibu hamil,” kata Imran. Transplasental adalah penularan dari ibu kepada janin dalam kandungannya. Menurut Imran, jumlah ibu hamil sekarang sekitar 4,8 juta orang. “Yang bisa kami skrining itu mungkin sekitar 3,6 jutaan. Dari 3,6 juta itu kan ada yang positif hepatitis tapi tidak semua bisa diobati.”

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Kartika Husada, dr. Oky Nur Setyani, Sp.P.D., mengatakan, pada bayi yang tertular dari ibunya, maka langkah yang dilakukan adalah memberikan vaksin hepatitis B kepada bayi kurang dari 24 jam setelah dilahirkan. Selain itu, bati juga akan diberikan tambahan immunoglobulin.

Ibu hamil yang terbukti positif hepatitis B akan diperiksa kekebalannya terhadap hepatitis B dengan dengan memeriksa anti-HBs (antibodi hepatitis B). Apabila nilainya kurang dari 10, berarti kekebalannya rendah sehingga perlu diberikan vaksin hepatitis B penguat. Kalau pasien belum pernah divaksin, maka ia nanti perlu divaksin ulang dan dicek lagi apakah anti-HBs sudah meningkat atau belum.

Menurut Oky, bagi non-responder, orang yang anti-HBs-nya tidak meningkat setelah divaksin, maka dokter akan mengevaluasi apakah ia perlu divaksin ulang. Bagi responder, orang yang anti-HBs-nya meningkat setelah divaksin, “Dia oke. Dia sudah memberikan perlindungan untuk individunya agar tidak tertular hepatitis B-nya tersebut.”

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Mohammad Syahril, Sp.P., menyampaikan bahwa penularan hepatitis B secara vertikal ibu ke anak menyumbang 90-95 persen dari seluruh sumber penularan lainnya. Adapun penularan hepatitis B, C, dan D, selain terjadi secara vertikal langsung dari ibu ke anak, juga bisa melalui cairan tubuh (air ludah, cairan sperma) dan aktivitas seksual tidak aman, menggunakan tindik atau tato, maupun penggunaan jarum suntik tidak steril pada pengguna narkotik.

Menurut Imran, penularan hepatitis juga bisa terjadi melalui transfusi darah. Namun, untuk mencegah hal tersebut biasanya sudah dilakukan skrining oleh Palang Merah Indonesia sebelum proses pengambilan darah dari donor dilakukan. Sementara itu, Penularan hepatitis A dan E umumnya terjadi melalui zat yang sudah terkontaminasi virus yang masuk lewat mulut.

“Penularannya fecal oral, jadi dia bisa menular melalui makanan yang terkontaminasi, baik itu feses atau pun liur yang mengandung virus tadi (virus hepatitis). Kemudian bisa juga dari makanan yang kurang matang. Beberapa makanan seperti makanan laut juga berisiko untuk penularan hepatitis A dan E,” kata Oky.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *