Jangan Tunggu Kuning

Penyakit hepatitis dapat timbul karena infeksi virus hepatitis atau kelainan noninfeksi, seperti mengonsumsi alkohol. Masih dapat disembuhkan bila diketahui dan diobati sejak dini.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari Rumah Sakit Kartika Husada, dr. Oky Nur Setyani Sp.P.D., menjelaskan bahwa peradangan pada hati dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi virus hepatitis A, B, C, D, dan E atau bakteri, jamur, dan parasit. Pada kasus tertentu, seperti yang terjadi pada tahun 2022 lalu, ada kasus hepatitis akut pada anak-anak di beberapa wilayah di Indonesia yang penyebabnya tidak jelas.
Menurut Oky, penyakit hepatitis dapat timbul karena infeksi virus hepatitis atau kelainan noninfeksi, seperti mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu yang mencetuskan terjadinya hepatitis, penyakit autoimun, dan penyakit metabolik. Penyakit metabolik itu, kata dia, seperti obesitas sentral, yang berisiko terjadinya perlemakan hati (fatty liver). “Ini juga cukup banyak jumlahnya di Indonesia akhir-akhir ini,” kata Oky pada Jumat, 8 September lalu.
Oky mengatakan, tidak ada tanda-tanda yang khas atau spesifik pada orang yang terjangkit hepatitis. Penderita hepatitis A dan E, yang biasa sifatnya akut, tidak punya gejala yang signifikan. Mereka hanya merasakan capai, lelah, mual muntah, nyeri perut, dan dalam beberapa kasus disertai diare. Jika mengalami kondisi demikian disarankan untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat. Ada yang mengalami kondisi lebih lanjut, yakni mengalami dehidrasi dan penurunan kesadaran serta warna tubuh mulai menguning. Jika mengalami kondisi seperti ini maka orang disarankan untuk segera ke unit perawatan intensif (ICU) di rumah sakit.
Oky menambahkan, selama ini ada anggapan hanya penderita hepatitis A dan E saja yang tubuhnya menjadi kuning. Hal tersebut kurang tepat karena semua pasien hepatitis bisa mengalami kuning pada tubuhnya. Tanda kuning pada tubuh, kata dia, merupakan proses hepatitis yang terjadi pada pasien akut, yang ditandai dengan kerusakan hati, ketika bilirubin naik serta SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) meningkat.
“Tapi, jangan tunggu sampai kuning. Kalau sudah ada gejala mual muntah dan ada rasa tidak nyaman di perut, segera periksakan penanda hatinya SGOT SGPT, terutama untuk dilihat apakah sudah ada gangguan di hati atau belum. Itu skrining awal,” kata Oky, dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit hepatitis adalah dengan melakukan pemeriksaan fungsi hati dan mengecek peningkatan kadar bilirubin dalam tubuh. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan positif, maka selanjutnya akan dilakukan pengobatan. Penderita hepatitis A dan E, karena bersifat akut, proses penyembuhan biasanya terjadi melalui self limiting yang memerlukan waktu sekitar 2-3 minggu. Mereka akan diberikan hepatoprotektor atau penguat hati dan simtomatik lainnya yang dialami pasien.
Pengobatan bagi penderita hepatitis B, C dan D khusus. Penderita hepatitis B harus dipastikan dulu apakah infeksi virusnya aktif atau tidak. Akan ada beberapa tahap untuk pemeriksaannya, yakni fase immunotolerant, imunoclearance, fase inactive, dan fase reaktivasi. Selain itu juga harus dipastikan bahwa jumlah virusnya apakah cukup banyak dan kemudian akan dilakukan pengobatan. “Pada fase imunoclearance dan fase reaktivasi, kami perlu memberikan obat-obatan yaitu pack interferon dan analog nukleusida. Targetnya sampai tidak ditemukan lagi hepatitis B di darah,” ujar Oky.
Pasien hepatitis C juga akan menjalani pengobatan yang salah satunya dengan terapi antivirus khusus hepatitis C. Adapun penderita hepatitis D, yang termasuk jarang kasusnya di Indonesia, juga punya obat khusus.