Galat basis data WordPress: [Duplicate entry '8388607' for key 'wpv2_visitors_stat.id']
INSERT INTO `wpv2_visitors_stat` (`time`, `ip`) VALUES ('1701638634', '3.239.2.192')

Mengungkap Kebenaran Lewat Tes DNA » MediaKom
Juli 2023Serba Serbi

Mengungkap Kebenaran Lewat Tes DNA

Awalnya, tes genetik dan DNA dilakukan untuk mengetahui garis keturunan. Tes ini juga digunakan untuk mengungkap penemuan cacat genetik prenatal seperti sindrom Down.

Pada Agustus 2023 ramai pemberitaan tentang bayi yang tertukar hampir satu tahun di Kota Bogor, Jawa Barat. Sebagai upaya mengungkap kebenaran, akhirnya disepakati dilakukan tes DNA pada bayi dan orang tuanya. Hal tersebut merupakan salah satu contoh bagaimana tes DNA dilakukan untuk mengungkap fakta. Lantas bagaimana awal mula tes DNA dilakukan? Berikut ini penjelasannya. 

Sebagaimana dilansir dari laman Encyclopedia Britannica, asam deoksiribonukleat atau DNA adalah bahan kimia organik dengan struktur molekul kompleks yang ditemukan di semua sel prokariotik dan eukariotik dan di banyak virus. DNA mengodekan informasi genetik untuk transmisi sifat-sifat yang diwariskan.

Sejarah lahirnya tes DNA tidak bisa lepas dari identifikasi genetika yang mulai dilakukan pada 1860-an di mana ahli kimia Swiss, Friedrich Miescher, pertama kali mengidentifikasi inti (yang kemudian dikenal sebagai asam nukleat) dalam sel darah putih manusia ketika mencoba membuktikan komponen protein dalam leukosit. Identifikasi ini terus berkembang hingga pada akhirnya dokter James Watson dan Francis Crick berhasil ‘menemukan’ keberadaan DNA.

“Pada 1953 James Watson dan Francis Crick, dibantu oleh ahli biofisika Rosalind Franklin dan Maurice Wilkins, menetapkan struktur DNA adalah struktur ganda, polimer heliks, spiral yang terdiri dari dua untai DNA yang dililitkan satu sama lain,” tulis laman Encyclopedia Britannica.

Mengutip laman DNAFit, pada awalnya tujuan utama dilakukannya tes genetik dan DNA adalah untuk mengetahui garis keturunan. Tes ini juga digunakan untuk mengungkap penemuan cacat genetik prenatal seperti sindrom Down.

Pada 1980-an, polisi Inggris menggunakan tes DNA untuk mengungkap kasus pembunuhan. Situs web National Library of Medicine menulis bahwa tes DNA pertama kali digunakan dalam ilmu forensik pada 1986, ketika polisi di Inggris meminta Dr. Alec J. Jeffreys dari University of Leicester memverifikasi pengakuan tersangka bahwa dia bertanggung jawab atas dua pemerkosaan-pembunuhan. Tes membuktikan tersangka tidak melakukan kejahatan.

Satu tahun kemudian, Robert Melias menjadi orang pertama yang dihukum berdasarkan bukti DNA di Inggris. Pada tahun yang sama di Amerika Serikat, Tommy Lee Andrews dihukum dalam kasus pemerkosaan berdasarkan bukti DNA di mana profil DNA-nya dicocokkan dengan jejak air mani yang ditemukan dari korban.

Sejak itu, tes DNA sering digunakan untuk mengungkap kasus-kasus rumit. Namun tidak semua hasil tes DNA diterima, khususnya dalam proses peradilan, karena ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar hasil pengujian DNA dapat dijadikan bukti.

“Sebagaimana dinyatakan dalam laporan Dewan Riset Nasional AS (NRC) tahun 1996  tentang bukti DNA, ‘Keadaan teknologi pembuatan profil dan metode untuk memperkirakan frekuensi dan statistik terkait telah berkembang ke titik di mana DNA yang dikumpulkan dan dianalisis dengan benar dapat diterima’,” tulis National Library of Medicine.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *